Ada dua persyaratan bagi sebuah agama yang mengaku berasal dari Tuhan.
Pertama adalah agama tersebut harus bersifat demikian komprehensif, sempurna, lengkap tanpa kekurangan dan bersih dari segala cacat dan noda dalam akidah, ajaran dan perintah-perintahnya, dimana pikiran manusia tidak mungkin merumuskan yang lebih baik lagi. Agama ini harus berada diatas semua agama lain menyangkut persyaratan-persyaratan tersebut. Hanya Al-Quran yang mengajukan klaim untuk itu dengan menyatakan :
“Hari ini telah Aku sempurnakan agamamu bagi manfaatmu, dan telah Aku lengkapkan nikmat-Ku atasmu, dan telah Aku sukai bagimu Islam sebagai agama” (Q.S.5 Al-Maidah ; 4)
Dengan kata lain, Allah SWT meminta kita untuk menyelaraskan diri kita kepada realita yang inhern (melekat) di dalam kata Islam. Disini ada pengakuan bahwa Al-Quran merupakan ajaran yang sempurna dan bahwa saat turunnya Al-Quran merupakan saat dimana ajaran sempurna tersebut sudah bisa diungkapkan kepada manusia. Hanya Al-Quran yang layak membuat pengakuan demikian, tidak ada kitab samawi lainnya yang pernah mengajukan pernyataan demikian. Sebaliknya malah karena kitab Taurat mengemukakan perintah Tuhan bahwa Dia akan membangkitkan seorang nabi dari antara para saudara Bani Israil dan akan meletakan firman-Nya dalam mulut nabi itu dan barangsiapa tidak mau telinganya bagi firman Tuhan tersebut akan dimintakan pertanggunjawaban (perjanjian lama, ulangan 18:18). Dari hal ini menjadi jelas bahwa jika Taurat memang sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan manusia di abad-abad berikutnya, maka tidak perlu lagi adanya kedatangan nabi lain dimana manusia diwajibkan mendengar dan patuh kepadanya. Begitu pula dengan Injil, tidak ada mengandung satupun pernyataan bahwa ajaran yang dibawanya telah sempurna dan komprehensif. Bahkan jelas ada pengakuan Yesus bahwa masih banyak yang harus disampaikan kepada para murid beliau namun mereka belum kuat menanggungnya, tetapi jika nanti sang penghibur atau roh kebenaran (Paraclete) telah datang maka ia akan meminpin mereka kepada seluruh kebenaran (perjanjian baru, Injil Yohanes 16:7-14). Dengan demikian jelas bahwa nabi Musa a.s mengaku masih kurang sempurnanya kitab Taurat dan memintakan perhatian umatnya kepada seorang nabi yang akan datang. Begitu pula dengan nabi Isa a.s yang mengakui kurang sempurnanya ajaran yang beliau bawa karena saatnya beliau tiba untuk dibukakannya ajaran yang sempurna, tetapi juga mengingatkan bahwa jika nanti Paraclete sudah turun maka ia itulah yang akan memberikan ajaran yang sempurna. Sebaliknya dengan Al-Quran yang tidak ada meninggalkan persoalan terbuka untuk diselesaikan oleh kitab lainnya sebagaimana halnya dengan Taurat dan Injil, bahkan mengumandangkan kesempurnaan ajaran yang dikandungnya dengan firman :
“Hari ini telah Aku sempurnakan agamamu bagi manfaatmu, dan telah Aku lengkapkan nikmat-Ku atasmu, dan telah Aku sukai bagimu Islam sebagai agama” (Q.S.5 Al-Maidah ; 4)
Inilah yang menjadi argumentasi pokok yang mendukung Islam sebagai agama yang mengungguli agama-agama lainnya dalan ajaran yang dibawanya sehingga tidak ada agama lain yang bisa dibandingkan dalam kesempurnaan ajaran yang dikandungnya.
Karakteristik kedua daripada Islam yang tidak ada pada agama lain yang juga menjadi bukti kebenaran adalah agama ini memanifestasikan karunia dan mukjizat yang hidup. Tanda-tanda yang diperlihatkan Islam tidak saja mengukuhkan kelebihannya diatas agama lain tetapi juga menjadi daya tarik bagi kalbu manusia melalui penampakan nur-Nya yang sempurna.
Karakteristik pertama Islam sebagaimana dijelaskan diatas yaitu mengenai kesempurnaan ajaran yang dibawanya, belumlah cukup konklusif untuk meneguhkan bahwa Islam adalah agama benar yang diturunkan oleh Allah SWT. Seoranga lawan yang panatik dan berpandangan cupat, bisa saja mengatakan bahwa bisa jadi agama itu sempurna namun belum tentu berasal dari Tuhan. Karakteristik pertama memang bisa memuaskan seorang pencari kebenaran yang bijak setelah diombang-ambingkan oleh berbagai keraguan, membawanya lebih dekat kepada suatu kepastian, namun belum mengukuhkan permasalahannya secara konklusif jika belum dirangkaikan dengan karakteristik kedua. Melalui rangkaian kedua karakteristik tersebut makan nur agama yang benar mencapai kesempurnaannya. Agama yang benar memiliki ribuan bukti dan nur, namun dua karakteristik tersebut cukuplah kiranya memberi keyakinan bagi hati seorang pencari kebenaran dan menjelaskan permasalahannya sehingga memuaskan mereka yang menyangkal kebenaran. Tidak ada lagi yang dibutuhkan sebagai tambahan. (Brahini Ahmadiyah, bag.V, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol.21 hlm.3-6, London, 1984).
Pertama adalah agama tersebut harus bersifat demikian komprehensif, sempurna, lengkap tanpa kekurangan dan bersih dari segala cacat dan noda dalam akidah, ajaran dan perintah-perintahnya, dimana pikiran manusia tidak mungkin merumuskan yang lebih baik lagi. Agama ini harus berada diatas semua agama lain menyangkut persyaratan-persyaratan tersebut. Hanya Al-Quran yang mengajukan klaim untuk itu dengan menyatakan :
“Hari ini telah Aku sempurnakan agamamu bagi manfaatmu, dan telah Aku lengkapkan nikmat-Ku atasmu, dan telah Aku sukai bagimu Islam sebagai agama” (Q.S.5 Al-Maidah ; 4)
Dengan kata lain, Allah SWT meminta kita untuk menyelaraskan diri kita kepada realita yang inhern (melekat) di dalam kata Islam. Disini ada pengakuan bahwa Al-Quran merupakan ajaran yang sempurna dan bahwa saat turunnya Al-Quran merupakan saat dimana ajaran sempurna tersebut sudah bisa diungkapkan kepada manusia. Hanya Al-Quran yang layak membuat pengakuan demikian, tidak ada kitab samawi lainnya yang pernah mengajukan pernyataan demikian. Sebaliknya malah karena kitab Taurat mengemukakan perintah Tuhan bahwa Dia akan membangkitkan seorang nabi dari antara para saudara Bani Israil dan akan meletakan firman-Nya dalam mulut nabi itu dan barangsiapa tidak mau telinganya bagi firman Tuhan tersebut akan dimintakan pertanggunjawaban (perjanjian lama, ulangan 18:18). Dari hal ini menjadi jelas bahwa jika Taurat memang sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan manusia di abad-abad berikutnya, maka tidak perlu lagi adanya kedatangan nabi lain dimana manusia diwajibkan mendengar dan patuh kepadanya. Begitu pula dengan Injil, tidak ada mengandung satupun pernyataan bahwa ajaran yang dibawanya telah sempurna dan komprehensif. Bahkan jelas ada pengakuan Yesus bahwa masih banyak yang harus disampaikan kepada para murid beliau namun mereka belum kuat menanggungnya, tetapi jika nanti sang penghibur atau roh kebenaran (Paraclete) telah datang maka ia akan meminpin mereka kepada seluruh kebenaran (perjanjian baru, Injil Yohanes 16:7-14). Dengan demikian jelas bahwa nabi Musa a.s mengaku masih kurang sempurnanya kitab Taurat dan memintakan perhatian umatnya kepada seorang nabi yang akan datang. Begitu pula dengan nabi Isa a.s yang mengakui kurang sempurnanya ajaran yang beliau bawa karena saatnya beliau tiba untuk dibukakannya ajaran yang sempurna, tetapi juga mengingatkan bahwa jika nanti Paraclete sudah turun maka ia itulah yang akan memberikan ajaran yang sempurna. Sebaliknya dengan Al-Quran yang tidak ada meninggalkan persoalan terbuka untuk diselesaikan oleh kitab lainnya sebagaimana halnya dengan Taurat dan Injil, bahkan mengumandangkan kesempurnaan ajaran yang dikandungnya dengan firman :
“Hari ini telah Aku sempurnakan agamamu bagi manfaatmu, dan telah Aku lengkapkan nikmat-Ku atasmu, dan telah Aku sukai bagimu Islam sebagai agama” (Q.S.5 Al-Maidah ; 4)
Inilah yang menjadi argumentasi pokok yang mendukung Islam sebagai agama yang mengungguli agama-agama lainnya dalan ajaran yang dibawanya sehingga tidak ada agama lain yang bisa dibandingkan dalam kesempurnaan ajaran yang dikandungnya.
Karakteristik kedua daripada Islam yang tidak ada pada agama lain yang juga menjadi bukti kebenaran adalah agama ini memanifestasikan karunia dan mukjizat yang hidup. Tanda-tanda yang diperlihatkan Islam tidak saja mengukuhkan kelebihannya diatas agama lain tetapi juga menjadi daya tarik bagi kalbu manusia melalui penampakan nur-Nya yang sempurna.
Karakteristik pertama Islam sebagaimana dijelaskan diatas yaitu mengenai kesempurnaan ajaran yang dibawanya, belumlah cukup konklusif untuk meneguhkan bahwa Islam adalah agama benar yang diturunkan oleh Allah SWT. Seoranga lawan yang panatik dan berpandangan cupat, bisa saja mengatakan bahwa bisa jadi agama itu sempurna namun belum tentu berasal dari Tuhan. Karakteristik pertama memang bisa memuaskan seorang pencari kebenaran yang bijak setelah diombang-ambingkan oleh berbagai keraguan, membawanya lebih dekat kepada suatu kepastian, namun belum mengukuhkan permasalahannya secara konklusif jika belum dirangkaikan dengan karakteristik kedua. Melalui rangkaian kedua karakteristik tersebut makan nur agama yang benar mencapai kesempurnaannya. Agama yang benar memiliki ribuan bukti dan nur, namun dua karakteristik tersebut cukuplah kiranya memberi keyakinan bagi hati seorang pencari kebenaran dan menjelaskan permasalahannya sehingga memuaskan mereka yang menyangkal kebenaran. Tidak ada lagi yang dibutuhkan sebagai tambahan. (Brahini Ahmadiyah, bag.V, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol.21 hlm.3-6, London, 1984).
0 komentar:
Posting Komentar