Dalam kitab suci Al-Quran sifat-sifat daripada Allah yang maha perkasa dikemukakan dalam bentuk subyektif dan bukan sebagai obyektif. Sebagai contoh, Dia itu maha suci, tetapi tidak ada dikemukakan bahwa Dia itu memang dipelihara agar tetap suci, karena hal itu akan menimbulkan dugaan adanya sosok yang memelihara Dia. (Malfuzat, vol.IV hlm.119).
Allah yang maha kuasa berfungsi di dunia ini dalam 3 (tiga) kapasitas, pertama dalam kapasitas-Nya sebagai Tuhan, kedua dalam kapasitas sebagai seorang sahabat, dan ketiga dalam kapasitas sebagai musuh. Perlakuan-Nya terhadap rata-rata makhluk ciptaan-Nya adalah dalam kapasitas-Nya sebagai Tuhan, sedangkan perlakuan-Nya terhadap mereka yang mencintai-Nya dan yang dicintai-Nya, juga dalam kapasitas-Nya sebagai Tuhan namun diwarnai dengan corak kapasitas sebagai sahabat. Dunia jadinya menyadari bahwa Tuhan mendukung manusia bersangkutan sebagaimana layaknya seorang sahabat. Adapun perlakuan-Nya kepada musuh-Nya dinyatakan dalam bentuk penghukuman yang pedih dan tanda-tanda lainnya yang menggambarkan secara tegas bahwa Tuhan memusuhi bangsa atau orang bersangkutan. Kadang-kadang Tuhan mencobai sahabat-Nya dengan menjadikan seluruh dunia memusuhi dirinya dan membiarkan untuk sementara waktu yang bersangkutan sebagai korban aniaya lidah atau tangan mereka. Hanya saja hal itu dilakukan-Nya bukan karena Dia ingin menghancurkan sahabat-Nya itu, atau akan mempermalukan ataupun sebagai bentuk perendahan harkat. Dia melakukan hal itu agar Dia bisa memperlihatkan tanda-tanda-Nya kepada seluruh dunia bahwa para musuh-Nya tidak akan dapat menyakiti sahabat-Nya tersebut, meskipun mereka telah melakukan segala upaya habis-habisan. (Nuzulul Masih, Qadian, Ziaul Islam Press, 1909 ; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol.18, hlm.517-518, London, 1984).
Allah yang maha kuasa berfungsi di dunia ini dalam 3 (tiga) kapasitas, pertama dalam kapasitas-Nya sebagai Tuhan, kedua dalam kapasitas sebagai seorang sahabat, dan ketiga dalam kapasitas sebagai musuh. Perlakuan-Nya terhadap rata-rata makhluk ciptaan-Nya adalah dalam kapasitas-Nya sebagai Tuhan, sedangkan perlakuan-Nya terhadap mereka yang mencintai-Nya dan yang dicintai-Nya, juga dalam kapasitas-Nya sebagai Tuhan namun diwarnai dengan corak kapasitas sebagai sahabat. Dunia jadinya menyadari bahwa Tuhan mendukung manusia bersangkutan sebagaimana layaknya seorang sahabat. Adapun perlakuan-Nya kepada musuh-Nya dinyatakan dalam bentuk penghukuman yang pedih dan tanda-tanda lainnya yang menggambarkan secara tegas bahwa Tuhan memusuhi bangsa atau orang bersangkutan. Kadang-kadang Tuhan mencobai sahabat-Nya dengan menjadikan seluruh dunia memusuhi dirinya dan membiarkan untuk sementara waktu yang bersangkutan sebagai korban aniaya lidah atau tangan mereka. Hanya saja hal itu dilakukan-Nya bukan karena Dia ingin menghancurkan sahabat-Nya itu, atau akan mempermalukan ataupun sebagai bentuk perendahan harkat. Dia melakukan hal itu agar Dia bisa memperlihatkan tanda-tanda-Nya kepada seluruh dunia bahwa para musuh-Nya tidak akan dapat menyakiti sahabat-Nya tersebut, meskipun mereka telah melakukan segala upaya habis-habisan. (Nuzulul Masih, Qadian, Ziaul Islam Press, 1909 ; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol.18, hlm.517-518, London, 1984).
0 komentar:
Posting Komentar