7.04.2011

Menjadi Orang yang Berbudi Mulia (Bag.2)

Pelajaran Kesebelas: Ujub (Bangga diri)

Wahai saudaraku, jauhkanlah dirimu dari mengagungkan diri sendiri dan ujub terhadapnya, karena hal itu merupakan suatu perbuatan dosa yang bibitnya adalah kufur, tanahnya adalah nifak, airnya adalah kerusakan, cabang-cabangnya adalah kebodohan, dedaunannya adalah kesesatan dan buahnya adalah laknat dan kutukan, bahkan akan kekal di neraka jahanam. Apabila engkau ingin berbangga diri, maka pikirkanlah keadaan dan kondisimu, bagaimana asal mula terjadinya dirimu yang bermula dari setetes air mani yang menjijikkan, kemudian berakhir sebagai sebuah bangkai yang kotor. Dan di antara dua masa itu, engkau hanya sebagai pembawa berbagai najis yang bau dan berkeliling membawa kotoran yang bermacam-macam (di dalam perutmu). Renungkanlah keagungan yang Mahakuasa dan pikirkanlah betapa hina dan rendahnya dirimu, kefakiranmu dan kelemahanmu, dibandingkan dengan seekor lalat dan serangga. Betapa lemahnya dirimu untuk menolak berbagai bencana dan malapetaka yang akan menimpamu. Jadikanlah kelemahan dirimu sebagai bagimu, karena hal itu merupakan paling utamanya sifat dan akan mendatangkan manfaat di dunia dan di akhirat yang tidak terbatas. Allah Swt berfirman:
"Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk, lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama) dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki Nya..." (Qs. Faathir:8).
Diriwayatkan dari Rasulullah Saw, beliau bersabda:
"Sesungguhnya tidak ada seorang hambapun yang bangga dan ujub dengan kebaikan-kebaikannya melainkan dia akan hancur dan binasa"[1]
Diriwayatkan dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As, beliau bersabda:
"Dan hati-hatilah engkau dari sifat ujub dan berbangga kepada dirimu sendiri, dan percaya terhadap hal-hal yang membuatmu kagum dari padanya serta cinta menampakkan diri, karena hal itu adalah merupakan kesempatan yang paling baik bagi setan dengan dirinya untuk menghapuskan segala perbuatan-perbuatan atau kebaikan-kebaikan orang yang berbuat baik"
Dan riwayat yang lainnya:
"Sesungguhnya ujub dan bangga diri itu mengakibatkan kepada ketergelinciran".
Hadist yang lainnya:
"Sesungguhnya buah dan hasil dari ujub dan bangga diri adalah kemurkaan dan kemarahan".
"Sesungguhnya keridhaanmu atas dirimu yaitu ujub adalah bagian dari rusaknya akalmu".
Hadist yang lainnya :
"Orang yang berbangga diri tidak mempunyai akal"
Dan hadist yang lain:
"Ujub itu merupakan perbuatan yang bodoh dan dungu"[2]
________________________________________
[1]. Biharul Anwar, Alamah Majlisi, J. 72, hal. 321.
[2]. Ghurarul Hikam, hal. 308 dan Biharul Anwar, J.77, hal 263.


Pelajaran Keduabelas: Takabbur (Angkuh) & Tawadhu (Rendah Hati)

Wahai saudaraku, hendaklah engkau berusaha sebisa mungkin untuk tidak takabbur dan congkak. Karena sesungguhnya orang yang angkuh, congkak dan takabbur itu akan digiring di padang pada hari kiamat dalam bentuk kecil-kecil seperti kecilnya semut. Dan ketika itu, mereka akan diinjak-injak oleh manusia, karena mereka tidak ada harganya dan tidak ada nilainya sama sekali di sisi Allah Swt.[1]
Allah Swt berfirman:
" Dan mereka seluruhnya bersujud kepada Adam kecuali iblis karena ia congkak dan sesungguhnya ia termasuk orang-orang yang kafir". (Qs. Shaad:73-74)
Diriwayatkan dari Rasulullah Saw, beliau bersabda:
" Hendaklah engkau menjauhkan sifat takabbur dan congkak, karena sifat takabbur dan congkak itu berada pada kaki dan sesungguhnya bagian atasnya terdapat aba'ah (pakaian lapisan luar gamis seperti jubah)"[2]
Dalam hadits yang lain diriwayatkan dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As, beliau bersabda:
"Berhati-hatilah engkau jangan sampai mempunyai sifat takabbur dan congkak, karena sifat takabbur itu merupakan dosa yang paling besar dan merupakan puncak atau sumber segala aib dan ia merupakan hiasan bagi iblis"[3]
Dan pada hadits yang lain disebutkan:
" Paling buruknya bahaya akal adalah takabbur dan congkak"
Hadits lainnya berbunyi:
"Paling buruknya akhlak adalah takabbur dan congkak"
Hadits lainnya:
" Berhati-hatilah dan jauhkanlah dirimu dari sifat takabbur dan angkuh, karena ia merupakan puncaknya kezaliman dan maksiat kepada Allah Yang Maha Rahman"[4]
Diriwayatkan dari Imam Sajjad bin Husein As, beliau bersabda:
"Barang siapa yang mengucapkan Astaghfirullaha wa atuubu ilaih ( aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada Nya), maka ia bukan termasuk orang yang congkak dan takabbur dan juga tidak termasuk orang yang jabbar atau lalim"
Sesungguhnya orang yang congkak dan takabbur adalah orang yang senantiasa melakukan dosa, ia dikalahkan oleh hawa nafsunya dan ia lebih memilih dunianya daripada akhiratnya.[5]
Diriwayatkan dari Imam Ja'far bin Muhammad as Sadiq As, beliau bersabda:
"Takabbur ialah engkau merendahkan orang lain dan meremehkan kebenaran"[6]
Hadits yang lainnya:
"Takabbur ialah orang yang bodoh terhadap haq dan dia menikam atas ahlinya"[8]
Diriwayatkan dari Imam Sadiq As, beliau bersabda:
"Sesungguhnya di dalam neraka jahanam terdapat jurang dan lembah yang dikhususkan untuk orang-orang yang takabbur dan congkak. Lembah itu dinamakan saqar.Saking panasnya jahanam, lembah itu mengadu kepada Allah Swt dan meminta izin untuk sedikit bernafas kemudian dia bernafas maka jahanam membakarnya"[8]
Oleh karena itu saudaraku, berusahalah dengan sekuat tenagamu untuk menjadi orang yang rendah hati dan tawadhu. Ketahuilah bahwa sesungguhnya rendah hati dan tawadhu itu tidak akan mengurangi kebesaran dan kehormatanmu sama sekali, bahkan akan menyampaikanmu kepada derajat dan kemuliaan yang tinggi. Adapun takabbur dan congkak adalah termasuk sifat-sifat yang dan rendah, dan akan menyebabkan orang-orang jatuh terjerumus. Dan orang-orang yang berusaha untuk besar dengan jalan menutupi kekurangan-kekurangan mereka dengan kecongkakan dan takabbur, sesungguhnya mereka itu malah akan membuka keburukan-keburukan dan menyingkap aib-aib mereka sendiri.
________________________________________
[1].Diriwayatkan oleh Syaikh Kulainy Ra. dalam Al-Kafi, J. 2, hal. 235, hadist ke 11.
[2]. Kanzul Ummal, hadist ke 7735.
[3]. Ghurarul Hikam , hal. 309, hadist ke 8124.
[4]. Ghurarul Hikam , hal. 309.
[5]. Biharul Anwar, J. 93, hal. 277.
[6]..Al Kafi, J. 2, hal. 234, hadist ke 8 dan 9.
[7]. Biharul Anwar , J. 73, hal. 217.
[8]. Al Kafi, J. 2, bab Al-Kibr, hal. 234, hadist ke 10.


Pelajaran Ketigabelas: Al-Qasawah (Keras Hati)

Keras hati ialah adanya rasa tidak peduli terhadap kesusahan orang lain. Seseorang yang hatinya mengalami kondisi tersebut tidak merasakan kepedihan dan penderitaan orang lain. Sumber keras hati ini adalah karena ia dikalahkan oleh kekuatan buas hawa nafsunya. Kebanyakan dari perbuatan-perbuatan yang tercela, seperti aniaya, menyakiti orang lain, tidak menjawab atau mengabulkan panggilan orang lain yang terzalimi, tidak membantu orang-orang fakir dan orang-orang yang membutuhkan bantuan, itu semua timbul dari sifat atau kondisi keras hati. Mengobati penyakit hati seperti ini sangat sulit. Dan orang yang tertimpa penyakit seperti ini, hendaklah ia senantiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat membuat hatinya lunak kembali, agar jiwanya mempunyai potesi untuk menerima curahan sifat belas kasih sayang dari sumber rahmat Allah Swt, agar nantinya sifat dan kondisi keras hatinya tersebut dapat menjadi sirna. Apabila seseorang yang tertimpa penyakit tersebut tidak berusaha mengobati dirinya, maka dia akan keluar dari daerah atau batasan manusia.
Allah Swt berfirman:
"(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu." (Qs. Al Maidah:13)
Diriwayatkan dari Rasulullah Saw, beliau bersabda:
"Janganlah kalian memperbanyak ucapan selain berzikir kepada Allah Swt, karena banyak berbicara selain berzikir kepada Allah Swt, dapat mengakibatkan keras hati. Sesungguhnya paling jauhnya manusia dari Allah adalah orang yang hatinya keras"[1]
Diriwayatkan dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As, beliau bersabda:
"Tidak akan kering air mata, melainkan orang yang keras hati. Dan tidak akan keras hati melainkan orang yang banyak dosanya"[2]
Dalam riwayat yang lain Rasulullah Saw bersabda :
"Ada tiga perkara yang akan membuat keras hati, yaitu mendengarkan sesuatu yang sia-sia, memburu binatang dan menghampiri pintu kerajaan"[3]
Diriwayatkan dari Al Masih binti Maryam Isa As, beliau bersabda:
"Sesungguhnya binatang apabila tidak ditunggangi, tidak diuji dan tidak digunakan, maka nantinya ia akan menjadi sulit dan akan berubah sikapnya. Demikian pula hati manusia, apabila dia tidak dilembutkan dengan mengingat kematian dan tidak diikut sertakan dengan senantiasa beribadah, maka ia akan menjadi keras seperti batu"[4]
Penyair Sa'di Syirazi dalam sebuah syairnya berkata yang artinya:
Anak-anak Adam adalah anggota satu sama lainnya,
Mereka diciptakan dari mutiara yang satu
Apabila salah satu dari mereka tertimpa kesulitan suatu penyakit
Maka anggota-anggota yang lain akan merasakan penderitaan tersebut
Apabila engkau tidak mengambil faedah dari bencana orang lain
Maka ketahuilah, bahwa engkau tidak layak dinamakan sebagai anak Adam.
________________________________________
[1]. Kanzul Ummal, hadist ke 1840 dan 18960.
[2].Biharul Anwar, J. 70, hal. 55.
[3]Biharul Anwar, J. 75, hal. 370.
[4]. Biharul Anwar, J. 14, hal. 309.


Pelajaran Keempatbelas: Asy-Syarrah (Keburukan)

Saudaraku yang mulia, hendaklah engkau menjauhkan diri dari menghamba perutmu. Sesungguhnya akibat buruk yang disebabkan oleh menghamba perut itu banyak sekali, seperti hina, bodoh, dungu dan lain sebagainya, bahkan termasuk bahaya paling besar yang menimpa manusia itu timbul dari mengikuti hawa nafsu perutnya. Seandainya tidak ada kezaliman dari arah perut yang ditimbulkan oleh hawa nafsu makan, maka tidak akan terjerumus seekor burungpun ke dalam perangkap, bahkan tidak ada seorang pemburu pun yang menyiapkan perangkapnya.
Ketahuilah sesungguhnya perut itu mengandung bahaya dan penyakit yang bermacam-macam dan sesungguhnya lapar itu mempunyai faedah dan manfaat yang banyak sekali. Karena sesungguhnya lapar dapat menerangi hati, menyinari dan menerangkan pikiran bahkan akan menyampaikan seseorang kepada kelezatan dan keindahan yang hakiki dalam bermunajat, berdzikir dan beribadah kepada Allah Swt. Lapar juga akan mengingatkan seseorang kepada hari kiamat dan menampakkan kerendahan nafsu amarahnya serta memperlancar dan mempermudah untuk taat dan beribadah, sehingga dengan lapar seseorang menjadi ringan dan sehat badannya serta akan tersingkir dari berbagai macam penyakit.
Rasulullah Saw dalam sebuah hadistnya bersabda:
"Janganlah kalian matikan hati kalian dengan banyak makan dan minum, karena sesungguhnya hati itu seperti tanaman yang akan mati apabila terlalu banyak disiramai air".
Oleh karena itu, wahai orang-orang yang mengikuti hawa nafsu perutnya dengan banyak makan, hendaklah kalian mengobati jiwa dan diri kalian, dan jangan sampai terhalangi dari faedah-faedah dan manfaat lapar. Hendaklah mereka mengikuti tata cara para nabi, para ulama besar dan para urafa, karena sesungguhnya tidak ada seorang pun yang akan mencapai derajat yang tinggi tanpa memperhatikan rasa lapar. Hendaklah mereka memilih antara berteman dengan para malaikat dengan melalui rasa lapar daripada berteman dengan binatang-binatang yang selalu berteman dengan biji-bijian.


Pelajaran Kelimabelas: Hubb ad-Dunya (Cinta Dunia)

Saudaraku yang berbahagia, berhati-hatilah dari mencintai dunia yang hina. Karena sesungguhnya cinta dunia itu merupakan pokok dan sumber dari segala keburukan[1]. Dan pencari dunia akan hancur dan rusak serta sia-sia amal dan perbuatannya. Dunia merupakan bagian dari manfaat bagi seseorang setelah kematiannya. Dan haknya manfaat dunia itu akan terlihat pada seseorang setelah kematiannya. Ketahuilah, bahwa dunia yang diinginkan dan dicari oleh seseorang demi memperoleh pahala dan buah akhirat, hal itu tidaklah dinamakan dunia yang terhina. Sesungguhnya dunia tidak dianggap terhina apabila kadar dunia itu digunakan oleh seseorang untuk tujuan melangsungkan kehidupannya di dunia ini, seperti memenuhi kehidupan keluarganya, menjaga kehormatannya dan hal-hal lain yang ia perlukan. Bahkan hal semacam itu tidak dianggap dunia, tetapi merupakan amal-amal yang shaleh.
Diriwayatkan dari Imam Baqir As, beliau bersabda dalam salah satu hadistnya: "Barang siapa mencari rizki di dalam dunia ini untuk menjaga kehormatannya dari orang lain dan untuk menghidupi keluarganya dan membantu tetangganya, maka ia akan berjumpa dengan Allah Swt sedangkan wajahnya bagaikan bulan di malam purnama"[2]
Ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya dunia itu diumpamakan seperti air laut, setiap kali orang yang merasa haus minum air tersebut, ia akan bertambah haus sehingga ia hsmpir mati karenanya.[3]
Nabi Isa al-Masih As pernah bersabda:
"Sesungguhnya pencari dunia adalah seperti orang yang minum air lautan, setiap kali ia meminumnya, akan bertambah rasa hausnya sehingga air itu hampir membunuhnya sendiri"[4]
Dunia laksana seekor ular yang bagian luarnya lembut dan terukir indah, tetapi bagian dalamnya penuh dengan racun yang mematikan dan mengandung bahaya yang besar.
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As pernah menulis sepucuk surat kepada Salman al Farisi, dalam surat itu beliau mengatakan:
"Perumpamaan dunia ini bagaikan seekor ular yang ketika disentuh ia lembut, tetapi racunnya akan membunuh. Maka berpalinglah dari segala sesuatu yang menakjubkanmu, karena sedikitnya sesuatu yang menemanimu. Dan enyahkanlah segala kesusahannya, karena engkau yakin akan meninggalkannya".[5]
Allah Swt pernah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa As yang isinya: "Wahai Musa, ketahuilah bahwa sesungguhnya setiap fitnah itu bibit dan sumbernya adalah cinta dunia".[6]
Diriwayatkan dari Rasulullah, beliau bersabda:
"Dosa yang paling besar adalah cinta dunia".[7]
Dalam riwayat yang lain beliau bersabda:
"Cinta dunia merupakan sumber segala maksiat dan awal segala kedustaan".[8]
Diriwayatkan dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As, beliau bersabda:
"Cinta dunia merupakan sumber segala fitnah dan dasar segala cobaan".
Dalam riwayat yang lain beliau mengatakan:
"Sumber segala bencana adalah gandrung dan cinta dunia. Dan sesungguhnya engkau tidak akan menjumpai Allah Swt dengan suatu amal perbuatan yang lebih berbahaya atasmu selain dari pada cinta dunia".
Riwayat lainnya mengatakan:
"Sesungguhnya dunia itu merusak agama dan mencabut keyakinan".[9]
________________________________________
[1] Al Kafi, J. 2, hal. 238, hadist ke 1.
[2]. Diriwayatkan oleh Sayyid 'Abdullah Shubbar dalam kitab Akhlak, hal. 211.
[3]. Kulainy dalam kitab Al-Kafi, J. 2, hal. 810, hadist ke 24.
[4]. Sayyid 'Abdullah Shubbar dalam kitab Akhlak, hal. 215.
[5]. Diriwayatkan oleh Sayyid 'Abdullah Shubbar dalam kitab Akhlak, hal. 214.
[6]. Bihar al-Anwar , J.13, hal. 351.
[7]. Kanz al-'Ummal, hadist ke 6074.
[8]. Tanbih al-Khawaatir, hal. 362.
[9]. Ghurar al-Hikam, hal. 139.


Pelajaran Keenambelas: Al-Faqr (Fakir)

Saudaraku yang fakir, janganlah engkau bersedih dengan kefakiranmu, karena fakir merupakan hiasan bagi seorang mukmin dan hal itu lebih baik daripada pelana yang dijadikan sebagai hiasan kuda. dan setiap manusia pasti merindukan surga, sementara surga itu rindu kepada orang-orang fakir.
Al-Alamah al Majlisi meriwayatkan sebuah hadist dalam kitabnya Al Bihar jilid 72 hal 48 hadist ke 58. Di dalam hadis tersebut Rasulullah Saw bersabda:
"Orang-orang fakir merupakan raja-raja ahli surga, dan seluruh manusia rindu kepada surga. Sedangkan surga rindu kepada orang-orang fakir".
Cukuplah bagi seorang fakir untuk menghibur hatinya dengan ucapan pemimpin umat manusia pemberi kabar gembira Rasulullah Saw, beliau bersabda: "Kefakiran adalah kebanggaanku".[1]
Dalam riwayat yang lain beliau bersabda: "Kefakiran adalah kebanggaanku dan dengan kefakiran itu aku merasa bangga".[2]
Dan dalam hadist yang lainnya lagi beliau bersabda:
"Ya Allah, hidupkanlah aku dalam kondisi miskin, matikanlah aku dalam kondisi miskin dan giringlah aku di padang mahsyar bersama kelompok orang-orang yang miskin".[3]
Di dalam hadist yang lain Rasulullah Saw bersabda:
"Barang siapa berusaha untuk membantu keluarganya dari sesuatu yang halal, maka dia bagaikan seorang mujahid (pejuang ) di jalan Allah Swt. Dan barang siapa mencari dunia yang halal untuk tujuan iffah (menjaga diri dan kehormatan) maka dia akan sederajat dengan orang-orang yang mati syahid".[4]
Amirul Mukminin Al Imam Ali bin Abi Thalib As bersabda:
"Raja-raja dunia dan akhirat adalah orang-orang fakir yang rela".[5]
Dalam riwayat yang lain Rasulullah Saw bersabda:
"Tidakkah kalian ingin aku kabarkan tentang ahli-ahli surga?". Para sahabat menjawab : "Tentu ya Rasulullah", lalu beliau bersabda: "Raja-raja ahli surga adalah setiap orang yang lemah dan mustadh'af yang wajahnya berdebu dan rambutnya kusut dan hanya memakan dua butir kurma. Orang-orang tidak perduli kepadanya, tetapi apabila dia bersumpah atas Asma Allah, pasti Allah akan mengabulkannya".[6]
________________________________________
[1]Jam' al-Akhbaar oleh Sabzewary dari A'lamul-qurnus-saabi', hal. 302, pasal ke 67.
[2]Mishkat al-Anwar, Tabarsy, hal. 133.
[3]. Bihar al-Anwar, J. 69, bab ke 94, pasal Al Fakir wal Fuqara.
[4]. Al-Mahjat al-Baidha, J. 3, Akhlak Shubbar, hal. 211 dan Jami' as-Sa'aadat, J. 2, hal. 19, cetakan Najaf.
[5]. Ghurar al-Hikam, hal. 366, hadist ke 8243.
[6]. Jam'i as-Sa'adaat, J. 2, hal. 83, cetakan Najaf.


Pelajaran Ketujuhbelas: Memohon

Saudaraku yang mulia, angkatlah kedua tanganmu sebisa mungkin untuk memohon kepada Tuhanmu. Mintalah kepada Nya segala hajat dan kebutuhanmu dan janganlah engkau tumpahkan wajahmu di hadapan orang-orang yang terkutuk hanya demi sesuap nasi.
Di dalam sebuah riwayat Rasulullah Saw bersabda bahwa orang kaya itu bukanlah orang yang banyak hartanya, tetapi orang kaya adalah orang yang jiwanya terhormat. Dalam tempat yang lain kepada seorang Badui yang memohon nasihat kepadanya, beliau bersabda: "Apabila engkau melakukan shalat maka lakukanlah seperti orang yang melakukan shalat terakhir kalinya, janganlah engkau berkata-kata dengan ucapan yang menyebabkan keesokan harinya engkau akan menyesal. Dan himpunlah rasa putus asa dari apa-apa yang ada di tangan manusia".

Imam Shadiq As bersabda:
"Sesungguhnya syia'ah-syi'ah kami adalah orang-orang yang tidak meminta sesuatu dari manusia dan orang lain, sekalipun ia mati kelaparan".
Beliau bersabda dalam hadits yang lain:
"Ada tiga perkara yang merupakan kebanggaan seorang mukmin dan akan menjadi hiasan baginya di dunia dan akhirat, yaitu shalat pada akhir malam dan merasa putus asa dalam mengharap apa yang berada di tangan orang lain dan berwilayah kepada Imam dari keluarga Muhammad Saw".[1]
Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa pakaian seorang raja sekalipun ia mulia, tetapi sesungguhnya ia lebih rendah daripada pakaian seorang fakir yang sabar dan rela dengan kefakirannya tersebut. Sesungguhnya makanan orang yang berleha-leha sekalipun nampaknya lezat, tetapi sesungguhnya roti kering yang dimakan oleh orang-orang fakir itu lebih lezat.
Wahai saudaraku, janganlah engkau merasa gelisah karena sedikitnya uangmu, janganlah engkau menjual agamamu untuk duniamu, karena sesungguhnya pada hari pembalasan nanti kemuliaan itu terdapat pada agama dan bukan terdapat pada uang. Derajatmu akan naik dengan agamamu dan bukan dengan uangmu.
Hukama (orang-orang bijak) berkata "Seandainya air kehidupan itu dijual dan diganti dengan air wajah (kehormatan), maka tidak akan ada seorang alimpun yang bersedia untuk membelinya. Sesungguhnya mati karena sakit itu lebih baik daripada hidup dengan segala kehinaan".
Oleh karena itu wahai saudaraku bertawakallah sepenuhnya kepada Allah Swt dan hindarilah rasa tamak dengan melihat apa yang ada pada orang lain dan janganlah engkau perduli dengan yang ada pada mereka. Imam Shadiq As bersabda:
"Apabila kalian menghendaki agar Tuhan kalian tidak mengabulkan suatu permintaanpun melainkan ia pasti memberikannya, maka hendaklah kalian berputus asa dari seluruh manusia dan tidak lagi menaruh harapan selain dari Allah Swt. Apabila Allah Swt mengetahui hal itu dan apa yang ada di dalam lubuk hati kalian maka apa yang dia minta pasti Allah akan memberikannya".[2]
Allah Swt berfirman: "…. orang yang tidak tahu menyangka bahwa mereka itu orang kaya karena memelihara diri dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak…". (Qs. Al-Baqarah:273).
Rasulullah Saw bersabda kepada Abu Dzar: "Wahai Abu Dzar, hendaklah engkau jangan meminta-meminta, karena hal itu merupakan kehinaan yang berwujud dan merupakan kefakiran yang cepat dan di dalamnya terdapat hisab yang panjang di hari kiamat".[3]
Dalam hadits yang lain diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda:
"Wahai Ali seandainya kedua tanganku ini di masukkan ke dalam mulut at tannin sampai ke sikuku hal itu lebih aku sukai daripada aku harus meminta dari orang lain yang tidak ada di sana".[4]
Amirul Mukminin Ali As pernah bersabda: "Sesungguhnya meminta-minta itu akan melemahkan lisan orang yang berbicara dan akan memecahkan hati yang berani dan membuat orang yang merdeka dan mulia itu bersikap bagaikan sikap seorang budak yang hina dan menghilangkan kehormatan muka dan menghapuskan rizki".[5]
Dalam hadits yang lain beliau bersabda:
"Sesungguhnya taqarrub kepada Allah Swt itu dilakukan dengan memohon kepada Nya dan dengan cara meninggalkan apa yang ada pada manusia".
Dalam riwayat yang lain beliau bersabda:
"Sesungguhnya Syi'ahku adalah orang yang tidak menjilat-jilat bagaikan seekor anjing dan orang yang tidak tamak sebagaimana tamaknya burung elang dan tidak meminta-minta kepada orang lain meskipun ia mati kelaparan".
Pada hadist yang lain beliau bersabda bahwa meminta-minta kepada orang lain adalah kunci dari kefakiran. Rasulullah Saw bersabda:
"Tidak ada seorang hambapun yang membuka pintu pada dirinya untuk meminta-minta kepada orang lain melainkan Allah akan membukakan atasnya tujuh puluh pintu kefakiran".
Imam Shadiq As bersabda:
"Barang siapa yang memohon kebutuhannya kepada orang lain, maka akan tercabut kehormatan dan rasa malunya. Dan dengan berputus asa atau tidak mengharapkan apa yang ada pada manusia adalah merupakan kemuliaan bagi seorang mukmin di dalam agamanya, sedangkan tamak adalah merupakan fakir yang hadir".[6]
________________________________________
[1]. Jam'i as-Sa'adaat, J.2, hal. 107.
[2]. Diriwayatkan oleh Kulainy dalam Al-Kafi, J.2, hal. 119, hadist ke 2.
[3].Bihar al-Anwar, J. 77, hal. 59 dan 60.
[4].Makarim al-Akhlak, hal. 433, cetakan Beirut dan Bihar al-Anwar, J. 77, hal. 59 dan 60.
[5].Jam'i al-Akhbar, hal. 379.
[6].Miskhat al-Anwar, hal. 185.


Pelajaran Kedelapanbelas: Al-Hirsh (Rakus)

Saudaraku yang mulia, hindari dan buanglah jauh-jauh sifat rakus karena sifat tersebut merupakan padang pasir yang luas tidak bertepi, ke arah mana saja engkau menghadapkan wajahmu maka engkau tidak akan dapat melihat dan menjangkau batasnya. Rakus merupakan lautan yang tiada bertepi dan tidak dapat dijangkau kedalamannya sekalipun kamu menyelaminya. Sungguh betapa rugi dan celakanya orang yang ditimpa penyakit rakus ini, karena ia akan mencelakakan dan menyesatkan dan sulit untuk diselamatkan.
Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya orang yang rakus itu mahrum (terhalangi,) dan dengan adanya penghalang ini dia akan menjadi terhina dalam hal apa saja. Bagaimana ia tidak akan menjadi mahrum dan terhalangi sedangkan ia kabur dari ikatan janji Allah Swt?".[1]
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As bersabda : "Sesungguhnya rakus itu lebih panas dari api neraka". Dalam riwayat yang lain beliau bersabda: "Sesungguhnya sifat rakus itu dapat menghalangi kadar dan kemuliaan seseorang dan sifat ini tidak akan menambahkan rizki kepadanya".
Dalam riwayat yang lain beliau bersabda bahwa orang yang rakus itu adalah fakir meskipun ia memiliki dunia dan isinya. Diriwayatkan dari Imam Baqir As, beliau bersabda bahwa perumpamaan orang yang rakus terhadap dunia adalah seperti ulat sutra, dimana setiap kali bertambah lipatan sutra pada dirinya maka akan semakin jauh pulalah dirinya untuk dapat keluar dari lipatan tersebut.[2]
Ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya qanaah (merasa cukup) adalah merupakan suatu sifat yang penuh dengan keutamaan dan fadhilah dan merupakan sifat yang membuat ketenangan seseorang di dunia dan akhirat.
Al Alamah An Niraqi dalam kitabnya Jami'u Sa'adat jilid 2 hal 101 berkata bahwa qanaah dan merasa cukup itu merupakan lawan dari rakus. Qanaah adalah suatu sifat terpuji yang jika melekat pada diri seseorang dapat menjadikannya merasa cukup dengan sekedar kebutuhannya dari harta tanpa berusaha untuk susah payah mencari tambahannya. Qanaah merupakan sifat yang mulia dan utama, dimana sifat-sifat mulia yang lain bergantung pada sifat tersebut. Dan ketiadaan sifat qanaah tersebut akan menjadikan dan menyebabkan seseorang menjadi terjerumus kepada akhlak dan budi pekerti yang buruk. Orang-orang yang qanaah, dengan hanya satu hidangan makanan akan bisa mencukupi sepuluh orang. Tetapi sebaliknya, sifat rakus itu tak ubahnya bagaikan dua anjing yang akan berkelahi hanya untuk memperebutkan sebuah bangkai. Demikianlah orang yang rakus, dia akan tetap lapar meskipun dunia seisinya telah menjadi milikinya. Sementara orang yang merasa cukup dan qanaah akan merasa kenyang sekalipun hanya dengan sebuah roti kering.
________________________________________
[1] Biharul Anwar, J. 73, hal. 165.
[2] Kafi, J.2, hal. 134.


Pelajaran Kesembilanbelas: Tamak (Serakah)

Wahai saudaraku, ketahuilah bahwa tamak merupakan sebuah sifat yang sama dengan sifat rakus. Lawan dari sifat ini adalah tidak butuh kepda orang lain.
Telah diriwayatkan dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: "Tamak akan menghilangkan hikmah dari kalbu-kalbu para ulama".[1]
Dan dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As, beliau bersabda:
"Mulialah orang yang qanaah, yaitu orang yang merasa cukup dengan apa yang dimilikinya dan hinalah orang yang tamak".[2]
Dari Ali bin Husain as Sajjad As bersabda:"Aku melihat kebaikan yang awalnya terkumpul dan menjadi terputus karena ketamakan manusia".[3]
________________________________________
[1]. Kanzul Ummal, hadist ke 7576.
[2]. Kalimat pertama, dalam Syarah Ghurarul Hikam, J. 4, hal. 474, dan kalimat kedua dengan sedikit perbedaan dalam J. 5, hal 451.
[3]. Biharul Anwar, J. 70, hal 171.


Pelajaran Keduapuluh: Bakhil (Kikir)

Saudaraku yang mulia, hindarkan dan jauhkanlah dirimu dari sifat bakhil dan pelit, karena sesungguhnya orang yang bakhil dan pelit itu terhina, rendah dan tidak berharga. Cukuplah dalam keburukan sifat ini bahwa tidak akan ada seorang pun yang menyukainya di dunia ini. Dan masyarakat, bahkan anak-anaknya sendiri akan memusuhinya dan keluarga serta familinya senantiasa akan menunggu kematiannya, supaya dalam duka citanya mereka bisa mengenakan pakaian yang paling lusuh akan tetapi mereka akan membawa pakaian yang paling baik.
Sebagian ulama mengatakan: "Akar bakhil itu dari tanah dan dia akan tumbuh ketika hendak menuju ke tanah".
Dan ketahuilah wahai saudaraku, bahwa orang bakhil tidak akan pernah diingat setelah kematiannya, karena telah jelas bahwa barang siapa tidak memakan rotinya ketika hidupnya, maka tidak akan ada yang menyebutkan namanya ketika matinya.
"Dan barang siapa yang kikir, sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri". (Qs.Muhammad:38).

Baca Juga Artikel Lain Dalam Katagori Yang Sama



Widget by Hoctro | Jack Book

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda,

LOVE FOR ALL, HATRED FOR NONE